
Prabowo Tolak Hukuman Mati Para Koruptor: Ini Alasannya!
Prabowo Tolak Hukuman Mati Koruptor: “Kita Butuh Reformasi, Bukan Pembalasan”
Jakarta – Dalam pernyataan yang tak kalah mengejutkan dari wacana sebelumnya, Prabowo Subianto menegaskan bahwa dirinya tidak mendukung hukuman mati bagi koruptor. Pernyataan ini memantik perdebatan panas di tengah publik yang sudah muak dengan kasus mega korupsi.
"Saya tidak percaya kekerasan dibalas dengan kekerasan. Kita tidak akan menyelesaikan korupsi dengan eksekusi. Yang kita butuhkan adalah sistem hukum yang bersih, bukan pembalasan dendam," ucap Prabowo dalam forum dialog kebangsaan yang disiarkan di TV nasional, Kamis (11/04).
Bagi sebagian orang, ini terdengar seperti sikap lunak terhadap kejahatan luar biasa. Tapi bagi Prabowo, pendekatan keras bukan satu-satunya jalan untuk memberantas korupsi yang sudah mengakar di negeri ini.
Logika di Balik Penolakan Hukuman Mati
Prabowo mengungkap bahwa hukuman mati belum tentu menjadi solusi permanen. Ia menyinggung efektivitas sistem hukum di negara-negara maju yang justru menekan korupsi tanpa harus menerapkan eksekusi.
"Kita lihat negara-negara Nordik atau Jepang. Mereka minim korupsi bukan karena takut dihukum mati, tapi karena sistem mereka transparan dan integritas dijunjung tinggi," tegasnya.
Menurut data Transparency International 2023, Indonesia menempati peringkat ke-110 dari 180 negara dalam indeks persepsi korupsi. Negara-negara dengan indeks terbersih justru tak menerapkan hukuman mati.
Data Tak Pernah Bohong: Apakah Hukuman Mati Efektif?
Sebuah riset dari Universitas Gadjah Mada menyebutkan bahwa tingkat korupsi tidak berkorelasi langsung dengan beratnya hukuman, melainkan dengan kepastian hukum dan tingkat ketakutan pelaku akan tertangkap.
Fakta di lapangan justru menunjukkan bahwa banyak koruptor masih merasa aman karena:
- Vonis ringan,
- Banyak celah hukum,
- Lemahnya pengawasan.
“Hukuman Mati Itu Populis, Tapi Tidak Solutif” – Analis Politik
Pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, menilai bahwa pernyataan Prabowo cukup berani karena bertentangan dengan sentimen publik. “Saat mayoritas masyarakat haus balas dendam terhadap koruptor, Prabowo justru mengambil jalan rasional. Ini bukan tanda lemah, tapi tanda berpikir panjang,” ujarnya.
Respons Warganet: Antara Kecewa dan Kagum
Meskipun sebagian publik kecewa, tidak sedikit yang justru mendukung sikap Prabowo. Berikut reaksi netizen:
- “Berani banget Prabowo ngomong gitu. Tapi gue setuju, pembalasan bukan solusi.”
- “Ah, ini alasan klasik. Mau tegas lawan korupsi kok setengah hati?”
- “Lebih baik fokus ke pembenahan hukum daripada sensasi eksekusi mati.”
Tagar #PrabowoTolakHukumanMati sempat viral dengan ratusan ribu mention dalam sehari.
HAM, Etika, dan Masa Depan Penegakan Hukum
Organisasi HAM menyambut baik pernyataan Prabowo. Amnesty International Indonesia menyebut bahwa pendekatan non-kekerasan jauh lebih sejalan dengan prinsip hak asasi manusia.
"Menolak hukuman mati bukan berarti pro-koruptor. Justru itu bentuk keberpihakan pada hukum yang beradab," tulis Amnesty dalam pernyataan resminya.
Namun kelompok anti-korupsi seperti ICW mengingatkan agar sikap ini tidak berujung pada impunitas. "Kalau tidak ada hukuman mati, maka vonis penjara harus benar-benar maksimal dan harta hasil korupsi disita sepenuhnya," tegas Kurnia Ramadhana dari ICW.
Solusi Prabowo: Ini yang Harus Dilakukan
Alih-alih eksekusi mati, Prabowo menawarkan 3 solusi konkret:
- Pemberantasan mafia hukum: Tangkap oknum di dalam institusi yang bermain kasus.
- Penyitaan total aset hasil korupsi, tanpa kompromi.
- Publikasi identitas koruptor secara nasional, agar mereka malu dan dijauhi publik.
“Kita buat mereka jera bukan dengan mati, tapi dengan kehilangan segalanya. Dari harta, martabat, hingga kepercayaan,” tutupnya dengan nada tegas.
Korupsi Bukan Masalah Nyali, Tapi Sistem
Pernyataan Prabowo mungkin akan dibenturkan dengan wacana populis soal "eksekusi koruptor". Namun di balik itu, ia menegaskan bahwa perubahan besar tidak akan terjadi hanya dengan darah, melainkan dengan revolusi sistemik.
Setuju atau Tidak, Suaramu Penting!
Apakah menurut Anda menolak hukuman mati adalah tanda kelemahan, atau justru kekuatan intelektual? Apakah bangsa ini siap memilih jalur hukum yang beradab dan solutif?
Tulis pendapatmu di kolom komentar! ?
Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.
Komentar
Belum ada komentar.