Dunia dalam Ketegangan: Eskalasi Taiwan-Tiongkok dan Dampaknya terhadap Stabilitas Global
Taipei/Beijing, 25 Juni 2025 — Dunia internasional kembali dibuat waspada oleh memanasnya hubungan antara Taiwan dan Tiongkok. Pada awal Juni, militer Tiongkok melakukan latihan perang terbesar sepanjang sejarahnya di sekitar Selat Taiwan, sebagai bentuk tanggapan atas kunjungan delegasi resmi Amerika Serikat ke Taipei.
Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan bahwa lebih dari 58 kapal perang dan 97 jet tempur milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melintasi garis median Selat Taiwan selama 4 hari berturut-turut. Ini merupakan pelanggaran besar atas norma non-agresi yang selama puluhan tahun dijaga.
Presiden Taiwan, Lai Ching-te, menyebut aksi tersebut sebagai “ancaman langsung terhadap demokrasi regional” dan menyerukan solidaritas internasional untuk menjaga perdamaian di Asia Timur.
Tiongkok: “Ini Bukan Latihan, Ini Peringatan Nyata”
Dalam pernyataan resminya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyebut bahwa "Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah Tiongkok", dan menyalahkan provokasi dari pihak AS dan negara-negara sekutu atas meningkatnya eskalasi.
Analis militer Asia dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), James Lee, menyebut situasi ini sebagai:
"level paling kritis sejak krisis Taiwan 1996."
Tiongkok juga disebut memperkuat sistem rudal darat ke udara di Fujian, dan mempercepat pengerahan armada laut di Laut Cina Selatan untuk menjaga jalur logistik dan akses energi.
Sikap Amerika dan NATO: Dukungan Tapi Terkendali
Pemerintah AS menyatakan “keprihatinan mendalam” atas agresivitas Tiongkok. Meskipun menegaskan dukungan pada prinsip One China Policy, AS mengirimkan dua kapal induk ke Laut Filipina Barat dan mempercepat latihan militer gabungan dengan Jepang, Korea Selatan, dan Filipina.
Sementara itu, NATO menggelar pertemuan darurat pada 22 Juni untuk membahas respons diplomatik dan keamanan siber terhadap potensi konflik di kawasan Asia-Pasifik.
Dampak Global: Ekonomi, Teknologi, dan Ketegangan Pasar
Ketegangan ini berdampak langsung terhadap pasar global:
Harga saham perusahaan semikonduktor Taiwan seperti TSMC turun 7,3% dalam seminggu terakhir
Pengiriman barang lewat Selat Taiwan turun 22%, memengaruhi rantai pasok global
Investor asing mulai mengalihkan portofolio dari Asia Timur ke India dan Amerika Selatan
CEO Intel, Pat Gelsinger, menyebut dalam konferensi Reuters Global Tech Forum:
"Risiko geopolitik Taiwan-Tiongkok adalah ancaman eksistensial bagi industri chip global."
Prediksi Pakar & Arah Ke Depan
Menurut Prof. Wang Yi-Zheng dari Renmin University, Tiongkok tidak berniat melakukan invasi penuh dalam waktu dekat, tetapi ingin menunjukkan bahwa Taiwan tidak bisa secara sepihak menentukan arah kebijakannya dengan dukungan AS.
PBB menyerukan dialog damai dan penunjukan utusan khusus untuk mediasi. Indonesia, Jepang, dan Singapura juga menyerukan agar ASEAN berperan aktif dalam menjaga stabilitas kawasan.
Namun, sejumlah pakar memperingatkan bahwa krisis ini bisa dijadikan momentum kampanye politik dalam negeri, baik di Beijing maupun Washington, menjelang pemilu masing-masing.
Ketegangan Taiwan-Tiongkok 2025 bukan hanya soal kedaulatan, tapi juga pertarungan supremasi teknologi, ekonomi, dan pengaruh ideologis. Dunia sedang mengamati dengan cemas — dan bersiap untuk skenario terburuk, sembari berharap jalur diplomatik tetap terbuka.
Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.
Komentar
Belum ada komentar.