
Prospek Ekonomi Indonesia 2025: Pemulihan Kuat Namun Tantangan Global Membayangi
Jakarta, 25 Juni 2025 — Perekonomian Indonesia pada kuartal kedua 2025 menunjukkan tren pemulihan yang semakin menguat, seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat, aktivitas manufaktur, dan pertumbuhan investasi asing langsung (FDI). Dalam laporan terbaru Bank Indonesia (BI), proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini dikisarkan antara 5,1% hingga 5,4%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa penguatan ekonomi domestik ditopang oleh tiga pilar utama: konsumsi rumah tangga yang pulih cepat pasca-pandemi, pertumbuhan belanja pemerintah di sektor infrastruktur, serta aliran investasi asing yang stabil ke sektor digital dan energi hijau.
“Optimisme pasar tetap terjaga, namun kami mewaspadai tekanan eksternal seperti fluktuasi harga komoditas global dan kebijakan moneter negara maju yang bisa berdampak pada arus modal,” jelas Perry dalam konferensi pers bulanan BI, Selasa (25/6).
Inflasi Terkendali, Tapi Tekanan Harga Pangan Masih Ada
Secara tahunan, inflasi per Mei 2025 tercatat 2,8%, masih dalam kisaran target BI sebesar 2-4%. Meski demikian, sejumlah ekonom memperingatkan potensi tekanan inflasi pada semester kedua akibat lonjakan harga pangan dunia dan risiko El Niño yang kembali menguat.
“Jika El Niño memperpanjang musim kemarau, harga beras, cabai, dan komoditas hortikultura bisa melonjak, yang pada akhirnya menekan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah,” ujar Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI.
Untuk merespons kondisi tersebut, BI mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00%, dengan pertimbangan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang saat ini bergerak di kisaran Rp 15.400 per dolar AS.
Tantangan Eksternal: Geopolitik dan Perlambatan China
Dari sisi eksternal, risiko perlambatan ekonomi global masih menjadi perhatian utama. Khususnya, pertumbuhan ekonomi China yang stagnan di kisaran 4,5%–4,7% tahun ini turut menekan permintaan ekspor Indonesia. Sementara itu, ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok, serta konflik di Timur Tengah dan Laut Merah, meningkatkan biaya logistik dan mengganggu rantai pasok global.
“Indonesia harus mampu memitigasi risiko global dengan memperkuat pasar domestik dan diversifikasi ekspor, terutama ke negara-negara Asia Selatan dan Afrika yang tengah berkembang,” kata Aviliani, Ekonom Senior INDEF.
Sektor Unggulan: Digital, Kendaraan Listrik, dan Energi Terbarukan
Meski tantangan eksternal membayangi, sejumlah sektor unggulan tetap menunjukkan potensi cerah. Investasi pada industri kendaraan listrik dan baterai terus tumbuh, terutama di kawasan industri Morowali dan Batang. Sementara itu, sektor digital tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan dengan nilai transaksi e-commerce yang diperkirakan mencapai Rp 700 triliun pada akhir 2025.
“Investor global melihat Indonesia sebagai salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara. Kepastian hukum dan insentif fiskal menjadi kunci menjaga momentum ini,” ujar Susiwijono, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Prediksi Akhir Tahun
Analis Bloomberg Economics memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia sepanjang 2025 akan berada di kisaran 5,2%, sementara Fitch Ratings mempertahankan outlook stabil untuk sovereign credit rating RI di BBB. Ini menunjukkan kepercayaan internasional terhadap stabilitas makroekonomi nasional.
Namun, pemerintah tetap diimbau untuk mengantisipasi tekanan fiskal akibat subsidi energi, menjaga kesinambungan APBN, serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui reformasi pendidikan dan transformasi digital sektor UMKM.
Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.
Komentar
Belum ada komentar.