Fahri Hamzah: Pak Sumitro adalah Pejuang dan Begawan Ekonomi Indonesia
Jakarta, 1 Juni 2025 — Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Fahri Hamzah, kembali menegaskan posisi penting Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dalam sejarah perekonomian Indonesia. Dalam sebuah wawancara khusus dan pernyataan publik yang disampaikannya akhir pekan lalu, Fahri menyebut Sumitro sebagai “begawan ekonomi yang tidak hanya menciptakan teori, tetapi juga turun ke medan perjuangan”.
Sosok yang Menyatukan Teori dan Praktik
Prof. Sumitro Djojohadikusumo (1917–2001) adalah seorang ekonom ulung dan mantan Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan yang telah mewarnai kebijakan ekonomi Indonesia selama era Orde Lama dan Orde Baru. Ia juga dikenal sebagai ayah dari Prabowo Subianto, presiden terpilih Republik Indonesia periode 2024–2029.
Menurut Fahri Hamzah, Sumitro bukan hanya akademisi dan teknokrat, tetapi juga seorang pejuang yang aktif dalam kemerdekaan Indonesia. “Kita mengenal banyak teknokrat, tapi Pak Sumitro adalah teknokrat yang membawa idealisme perjuangan dalam setiap kebijakan yang dia bangun,” ujar Fahri.
Kontribusi terhadap Ekonomi Makro dan Pembangunan
Dalam ranah kebijakan, Sumitro dikenal sebagai arsitek banyak kerangka pembangunan ekonomi Indonesia pada 1950-an hingga awal 1970-an. Salah satunya adalah strategi industrialisasi substitusi impor dan model pembangunan berbasis perencanaan negara. Ia juga menjadi penggerak utama dalam pembentukan Departemen Perdagangan serta kebijakan perbankan awal.
Beberapa ekonom seperti Prof. Emil Salim dan Chatib Basri menyebut Sumitro sebagai founding father ekonomi Indonesia modern. Menurut Emil, “Kalau Bung Hatta adalah Bapak Koperasi, maka Pak Sumitro adalah Bapak Industrialisasi Indonesia.”
Relevansi di Era Sekarang
Dalam konteks Indonesia hari ini, pemikiran Sumitro dinilai kembali relevan. Saat Indonesia menghadapi tantangan global seperti deglobalisasi, krisis pangan, dan transformasi digital, banyak dari prinsip ekonomi Sumitro yang bisa dijadikan acuan kebijakan nasional.
Menurut Dr. Raden Prakoso, ekonom dari Lembaga Kajian Strategis Ekonomi dan Geopolitik (LKSEG), Sumitro mengajarkan pentingnya state-driven economy namun tetap membuka ruang bagi partisipasi swasta. “Kebijakan ekonomi Indonesia ke depan perlu inspirasi dari tokoh seperti Sumitro, agar pembangunan tidak hanya pro-pasar tetapi juga pro-kedaulatan.”
Sumitro dan Warisan Kaderisasi
Fahri Hamzah juga menyinggung pentingnya regenerasi pemikiran ekonomi berbasis nasionalisme dan etika perjuangan. Ia menyebut bahwa saat ini, pendidikan ekonomi cenderung terlalu teoritis dan jauh dari konteks sosial-politik Indonesia.
“Pak Sumitro bukan hanya ekonom, dia adalah pendidik dan pemikir. Kita perlu lebih banyak Sumitro di generasi muda — ekonom yang tidak hanya pintar angka, tetapi juga paham sejarah dan misi kebangsaan,” ujar Fahri.
Di banyak universitas, nama Sumitro kini kembali dibahas. Beberapa institusi seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada memasukkan pemikiran Sumitro dalam kurikulum ekonomi pembangunan.
Harapan terhadap Pemerintahan Baru
Dalam penutup pernyataannya, Fahri berharap agar pemerintahan Presiden Prabowo dapat melanjutkan dan menyesuaikan visi ekonomi Pak Sumitro dengan kondisi Indonesia modern. Ia menegaskan bahwa di tengah dominasi ideologi neoliberal global, Indonesia perlu memiliki narasi ekonomi sendiri.
“Pak Sumitro pernah berkata, membangun ekonomi Indonesia itu seperti membangun rumah sendiri — harus pakai tukang dari dalam, pakai bahan dari dalam, dan harus mengerti peta tanahnya,” ujar Fahri.
Penutup
Warisan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo tak sekadar tertulis dalam dokumen kebijakan atau literatur akademik. Warisannya hidup dalam tantangan dan semangat pembangunan ekonomi nasional. Dengan semakin kompleksnya ekonomi global dan meningkatnya kebutuhan akan kemandirian ekonomi, sosok Sumitro menjadi mercusuar yang menuntun arah kebijakan masa depan Indonesia.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia dituntut untuk tidak hanya membangun berdasarkan logika pasar, tapi juga berdasarkan logika keadilan dan kedaulatan. Seperti yang ditegaskan Fahri Hamzah: “Pak Sumitro bukan hanya ekonom. Dia adalah penjaga mimpi besar Indonesia tentang keadilan dan kemakmuran.”
Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.
Komentar
Belum ada komentar.