Sering Kecelakaan, Sopir Truk dan Bus di Indonesia Abai Keselamatan
Otomotif 38 views

Sering Kecelakaan, Sopir Truk dan Bus di Indonesia Abai Keselamatan

08 May 2025 23:50

Jakarta, 9 Mei 2025 — Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan niaga seperti truk dan bus di Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Data terbaru dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan berbagai lembaga terkait mengungkapkan bahwa faktor kelalaian pengemudi, kurangnya pelatihan, serta minimnya pengawasan menjadi penyebab utama tingginya angka kecelakaan di sektor ini.

Lonjakan Kecelakaan Kendaraan Niaga

Sepanjang tahun 2024, Indonesia mencatat lebih dari 220.000 kasus kecelakaan lalu lintas, dengan sekitar 10% di antaranya melibatkan kendaraan angkutan barang seperti truk dan bus. Kecelakaan ini tidak hanya menyebabkan kerugian materiil, tetapi juga menelan korban jiwa yang signifikan. Salah satu insiden tragis terjadi di Tol Pandaan-Malang pada Desember 2024, di mana sebuah truk yang mengalami overheat meluncur mundur dan menabrak bus pariwisata, menyebabkan empat orang meninggal dunia.

 

Krisis Pengemudi Kompeten

KNKT mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis pengemudi truk dan bus yang kompeten. Jumlah pengemudi yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah kendaraan yang beroperasi, menciptakan rasio yang masuk dalam zona berbahaya. Akibatnya, banyak pengemudi yang terpaksa mengoperasikan kendaraan tanpa pelatihan yang memadai, meningkatkan risiko kecelakaan.

 

Ahmad Wildan, Ketua Sub Komite Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KNKT, menekankan perlunya perbaikan dalam sistem sertifikasi dan pelatihan pengemudi. "Perlu ada perbaikan kompetensi dan sistem sertifikasinya, serta pengaturan waktu kerja, libur, dan istirahat bagi pengemudi," ujarnya.

 

Kurangnya Pengawasan dan Regulasi

Minimnya pengawasan terhadap kondisi kendaraan dan kesehatan pengemudi turut berkontribusi terhadap tingginya angka kecelakaan. Banyak pengemudi bekerja tanpa dilindungi regulasi yang memadai, tanpa adanya pembinaan dan pengawasan dari pemerintah terkait waktu kerja, waktu istirahat, tempat istirahat, dan waktu libur. Hal ini meningkatkan risiko kelelahan dan micro sleep, yang dapat berakibat fatal di jalan raya.

 

Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menyoroti pentingnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan sopir. "Jika pemerintah menghendaki terwujudnya Indonesia Emas 2045, mulailah menuntaskan akar masalah itu sejak dini," tegasnya.

 

Upaya Peningkatan Keselamatan

Beberapa langkah telah diambil untuk meningkatkan keselamatan transportasi niaga di Indonesia. Kementerian Perhubungan bersama Korlantas Polri melakukan pemeriksaan terhadap bus yang tidak laik jalan, serta menertibkan pengemudi dan pemilik bus yang tidak mematuhi standar keselamatan.

 

Selain itu, Kamselindo, sebuah lembaga yang fokus pada keselamatan berkendara, berupaya meningkatkan kesadaran keselamatan berkendara di kalangan sopir truk dan bus melalui pelatihan dan sosialisasi.

 

Prediksi dan Rekomendasi Ahli

Para ahli memprediksi bahwa jika tidak ada tindakan konkret, angka kecelakaan yang melibatkan truk dan bus akan terus meningkat. Djoko Setijowarno menyarankan pemerintah untuk segera membuat regulasi yang mengatur waktu kerja, istirahat, dan pelatihan bagi pengemudi. "Regulasi untuk sopir perlu dibuat segera untuk meminimalisasi kecelakaan," katanya.

 

Ahmad Wildan juga menekankan pentingnya perbaikan dalam sistem sertifikasi dan pelatihan pengemudi, serta pengaturan waktu kerja dan istirahat yang lebih baik. "Perlu ada perbaikan kompetensi dan sistem sertifikasinya, serta pengaturan waktu kerja, libur, dan istirahat bagi pengemudi," ujarnya.

 

Kesimpulan

Tingginya angka kecelakaan yang melibatkan truk dan bus di Indonesia merupakan cerminan dari berbagai masalah sistemik dalam sektor transportasi niaga. Kurangnya pengemudi yang kompeten, minimnya pengawasan, dan absennya regulasi yang memadai menjadi tantangan utama yang harus segera diatasi. Diperlukan sinergi antara pemerintah, lembaga terkait, dan pelaku industri untuk menciptakan sistem transportasi yang lebih aman dan berkelanjutan.

Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.

Komentar

Belum ada komentar.

Berita Terkait

Mobil Listrik Indonesia 2025: Persaingan Wuling Binguo, Hyundai IONIQ, dan Esemka EV Memanas

Mobil Listrik Indonesia 2025: Persaingan Wuling Binguo, Hyundai IONIQ, dan Esemka EV Memanas

Baca Selengkapnya
Transformasi dan Tantangan Industri Otomotif Profesional Indonesia 2025

Transformasi dan Tantangan Industri Otomotif Profesional Indonesia 2025

Baca Selengkapnya
Vega Lampung Club Rayakan 21 Tahun Berkontribusi di Dunia Otomotif dan Sosial

Vega Lampung Club Rayakan 21 Tahun Berkontribusi di Dunia Otomotif dan Sosial

Baca Selengkapnya