
Xi Jinping Umumkan Stimulus Baru untuk Dongkrak Ekonomi China
Beijing, 7 Mei 2025 — Presiden Xi Jinping mengumumkan serangkaian kebijakan stimulus ekonomi baru sebagai respons terhadap perlambatan pertumbuhan dan meningkatnya tekanan eksternal, termasuk ketegangan dagang dengan Amerika Serikat. Langkah ini mencakup pemotongan suku bunga, pelonggaran persyaratan cadangan bank, dan investasi besar-besaran di sektor teknologi dan konsumsi domestik.
Langkah-Langkah Stimulus Terbaru
Bank Rakyat China (PBOC) telah menurunkan suku bunga reverse repo tujuh hari sebesar 10 basis poin menjadi 1,40% dan memangkas rasio cadangan wajib (RRR) sebesar 50 basis poin menjadi 6,2%. Langkah ini diharapkan dapat menyuntikkan likuiditas sebesar 1 triliun yuan (sekitar $138 miliar) ke dalam sistem perbankan.
Selain itu, PBOC juga memperkenalkan fasilitas pinjaman berbiaya rendah yang difokuskan pada sektor teknologi, perawatan lansia, dan konsumsi jasa. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor strategis dan meningkatkan permintaan domestik.
Respons Pasar dan Dampak Global
Pengumuman stimulus ini disambut positif oleh pasar global. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,7%, sementara saham-saham blue chip China meningkat 0,5%. Investor melihat langkah ini sebagai sinyal kuat bahwa pemerintah China berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Namun, beberapa analis mengingatkan bahwa tantangan struktural seperti lemahnya permintaan domestik dan ketegangan dagang dengan AS masih menjadi hambatan utama. Stephen Innes dari SPI Asset Management menyatakan bahwa masalah utama bukan pada ketersediaan kredit, melainkan pada kurangnya permintaan yang kuat.
Strategi Jangka Panjang dan Reformasi Struktural
Presiden Xi menekankan pentingnya adaptasi ekonomi China terhadap perubahan global. Dalam simposium di Shanghai, ia menyatakan bahwa China harus mengembangkan kekuatan produktif baru yang sesuai dengan kondisi lokal dan memprioritaskan koordinasi antara pembangunan dan keamanan. Rencana Lima Tahun 2026–2030 akan difokuskan pada modernisasi sosialisme dan kebangkitan nasional.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, China juga melanjutkan implementasi kebijakan "Made in China 2025" untuk memperkuat sektor teknologi tinggi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Studi terbaru menunjukkan bahwa kebijakan ini telah membantu China mempersempit kesenjangan teknologi dengan negara-negara Barat.
Proyeksi Ekonomi dan Tantangan ke Depan
Meskipun ada upaya stimulus, proyeksi pertumbuhan ekonomi China tetap moderat. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,5% pada 2025, sementara UBS memprediksi angka yang lebih rendah, yaitu 4,0%. Faktor-faktor seperti ketegangan dagang dengan AS dan lemahnya konsumsi domestik menjadi alasan utama di balik proyeksi ini.
Namun, beberapa indikator menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Data terbaru menunjukkan bahwa penjualan ritel pada Maret naik 5,9% dibandingkan tahun sebelumnya, dan produksi industri meningkat 7,7%, melebihi estimasi analis.
Kesimpulan
Langkah-langkah stimulus yang diumumkan oleh Presiden Xi Jinping menunjukkan komitmen pemerintah China untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global. Meskipun tantangan struktural dan eksternal masih ada, kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi ekonomi China dan meningkatkan kepercayaan investor.
Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.
Komentar
Belum ada komentar.