
Sedang Tidur, 6 Orang Sekeluarga Tewas Diserang Israel di Gaza
Gaza, 25 April 2025 – Konflik berkepanjangan antara Israel dan kelompok militan Palestina kembali menelan korban jiwa dari kalangan sipil. Enam anggota satu keluarga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan udara yang dilancarkan militer Israel di kawasan Al-Zeitoun, Jalur Gaza, pada dini hari Kamis (24/4).
Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Palestina, keenam korban yang terdiri dari dua orang dewasa dan empat anak sedang tidur ketika rudal menghantam rumah mereka. Insiden ini menambah daftar panjang kematian warga sipil dalam ketegangan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Rincian Insiden dan Kronologi Serangan
Serangan terjadi sekitar pukul 02.30 waktu setempat. Menurut saksi mata dan laporan media lokal, satu rudal menghantam langsung rumah keluarga Al-Kahlout, menghancurkan bangunan dua lantai tersebut secara total. Proses evakuasi dilakukan oleh petugas pertahanan sipil dan relawan dalam kondisi gelap gulita akibat kerusakan infrastruktur listrik di sekitar lokasi.
"Kami mendengar ledakan besar. Rumah kami bergetar. Kami berlari ke luar dan melihat rumah tetangga sudah rata dengan tanah," ujar Fadi Al-Sarhan, warga setempat, kepada kantor berita Al Jazeera.
Kementerian Kesehatan Palestina mengidentifikasi korban sebagai pasangan suami istri Mohammad dan Reham Al-Kahlout, serta empat anak mereka yang berusia antara 4 hingga 13 tahun.
Pernyataan dari Pihak Israel
Militer Israel (IDF) dalam pernyataan resminya mengonfirmasi serangan udara tersebut, namun menyebut bahwa target utama mereka adalah lokasi yang "diduga digunakan sebagai pusat operasi oleh kelompok militan Hamas". IDF menyatakan akan melakukan penyelidikan internal terkait laporan adanya korban sipil.
"Kami menyesalkan setiap korban sipil, namun Hamas terus menempatkan infrastruktur militernya di tengah kawasan pemukiman," ujar Letkol Jonathan Conricus, juru bicara IDF.
Pemerintah Israel belum memberikan komentar resmi tambahan mengenai kasus ini, namun tekanan dari komunitas internasional terhadap metode operasi militer di area sipil kembali mencuat.
Reaksi Internasional dan Seruan Kemanusiaan
Insiden ini memicu kecaman luas dari organisasi hak asasi manusia, lembaga kemanusiaan, hingga sejumlah negara mitra kawasan. Amnesty International menyebut bahwa serangan tersebut bisa dikategorikan sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional apabila terbukti tidak proporsional atau menyasar warga sipil secara langsung.
“Penggunaan kekuatan mematikan di area permukiman padat seperti Gaza harus dikaji secara mendalam. Jika rumah tersebut tidak memiliki nilai strategis militer, maka ini dapat dikategorikan sebagai kejahatan perang,” kata Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International.
Turki, Qatar, dan Afrika Selatan telah mengeluarkan pernyataan resmi yang mengutuk serangan ini dan menyerukan gencatan senjata segera. Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres kembali menekankan pentingnya perlindungan terhadap warga sipil dalam konflik bersenjata, dan menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya jumlah korban anak-anak.
Kondisi Terkini di Gaza dan Proyeksi Eskalasi
Sejak awal 2025, intensitas serangan antara Israel dan kelompok Hamas meningkat drastis. Data dari LSM lokal Al-Mezan menyebut lebih dari 1.200 warga sipil Palestina telah meninggal sejak Januari, termasuk lebih dari 400 anak-anak. Sebaliknya, pihak Israel melaporkan peningkatan roket dari Gaza yang menargetkan wilayah selatan seperti Sderot dan Ashkelon.
Kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dengan lebih dari 60% fasilitas kesehatan tidak beroperasi optimal karena kerusakan dan kekurangan bahan bakar. Rumah sakit utama di Gaza City, Al-Shifa, dilaporkan kewalahan menangani lonjakan korban luka dari serangan terbaru ini.
Pakar geopolitik Timur Tengah dari King’s College London, Dr. Hanna Rashed, menyebut situasi di Gaza saat ini telah melewati titik kritis.
“Jika eskalasi ini tidak segera dihentikan melalui diplomasi multilateral, kawasan bisa menuju konflik terbuka berskala penuh seperti yang terjadi pada 2014. Korban sipil akan terus meningkat tanpa adanya perlindungan yang memadai,” ujarnya.
Tuntutan Gencatan Senjata dan Jalur Diplomatik
Berbagai upaya diplomasi terus dilakukan, dengan Mesir dan Qatar kembali menjadi mediator antara Israel dan Hamas. Namun, hingga kini belum ada sinyal positif dari kedua pihak untuk menyetujui gencatan senjata permanen.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan sidang darurat dalam waktu dekat untuk membahas eskalasi konflik Gaza, termasuk isu akuntabilitas atas korban sipil dalam operasi militer.
Penutup
Kematian enam anggota keluarga yang sedang tertidur di Gaza menjadi simbol nyata betapa tragis dan brutalnya dampak konflik yang berlarut-larut ini terhadap masyarakat sipil. Masyarakat internasional kini kembali dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan hak membela diri dan kewajiban melindungi warga tak berdosa dalam konflik bersenjata.
Jika tidak segera ditemukan solusi damai dan adil, tragedi seperti ini hanya akan menjadi bagian dari statistik panjang penderitaan warga Palestina—yang dalam tidur pun, tak bisa lepas dari bayang-bayang kematian.
Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.
Komentar
Belum ada komentar.