
Lorde Resmi Comeback dengan Lagu “What Was That”
Auckland, Selandia Baru, April 2025 – Setelah hampir empat tahun vakum dari dunia musik, penyanyi dan penulis lagu asal Selandia Baru, Lorde, secara resmi melakukan comeback lewat perilisan single terbaru bertajuk “What Was That” pada Jumat (25/04). Lagu ini menjadi rilisan perdana Lorde sejak album terakhirnya, Solar Power (2021), dan menandai arah artistik baru yang lebih gelap, introspektif, serta sonik yang lebih eksperimental.
Rilisan ini telah lama dinanti oleh penggemar setianya, yang selama bertahun-tahun berspekulasi tentang proyek musik baru dari penyanyi kelahiran Ella Marija Lani Yelich-O’Connor tersebut.
Eksplorasi Baru dalam Warna Musik Lorde
“What Was That” menampilkan aransemen minimalis yang dibalut elemen synth-pop ambient, ambient-folk, serta sentuhan glitch elektronik. Liriknya memuat nuansa kontemplatif, dengan refleksi pribadi tentang ketidakpastian dan dinamika emosi pasca-pandemi.
“Saya merasa ini adalah lagu yang sangat pribadi tapi juga universal. Semua orang pernah mengalami momen ketika mereka bertanya-tanya, ‘apa sebenarnya yang baru saja terjadi dalam hidup saya?’” ujar Lorde dalam wawancara eksklusif bersama Rolling Stone.
Single ini diproduksi oleh Lorde bersama kolaborator lamanya, Jack Antonoff, yang juga memproduksi karya dari Taylor Swift, Lana Del Rey, dan St. Vincent. Namun kali ini, mereka menambahkan unsur eksperimental baru, termasuk perekaman vokal analog dan lapisan bunyi ambient field recording.
Respons Kritikus dan Industri Musik
Sejak dirilis, “What Was That” langsung menuai respons positif dari kritikus musik. Majalah Pitchfork memberikan skor 8,5/10 dan menyebut lagu ini sebagai “karya dewasa yang membuktikan evolusi Lorde sebagai penyair sonik modern.”
The Guardian memuji liriknya yang “puitis dan jujur,” sementara NME menyoroti keberanian Lorde untuk menyimpang dari formula pop komersial menuju ekspresi musikal yang lebih personal dan artistik.
Analis industri musik, Dr. Samantha Lewis dari University of Sydney, menyatakan bahwa comeback ini memperkuat posisi Lorde sebagai musisi yang tak mengikuti tren, melainkan menciptakan arah baru.
“Lorde bukanlah musisi yang muncul hanya untuk memuncaki tangga lagu, tetapi ia menghidupkan kembali gagasan bahwa musik pop bisa menjadi seni kontemplatif. Ia menciptakan ruang untuk narasi yang lebih dalam di tengah arus musik populer,” ujarnya.
Strategi Promosi Low-Key tapi Efektif
Menariknya, promosi “What Was That” tidak dilakukan secara konvensional. Lorde tetap konsisten dengan pendekatannya yang low-key, tanpa kampanye iklan besar atau teaser massal. Ia hanya mengunggah potongan video 30 detik di akun Instagram-nya, disertai caption sederhana: “soon.”
Namun strategi ini terbukti efektif. Dalam waktu 24 jam sejak perilisannya di platform streaming, lagu ini sudah masuk Top 10 Spotify Global dan menempati posisi pertama di tangga lagu Selandia Baru dan Australia. Tagar #WhatWasThatLorde juga sempat menjadi trending di X (Twitter) global.
Makna Personal di Balik Lagu
Lorde mengaku bahwa lagu ini ditulis selama masa retreat pribadi di pantai barat Selandia Baru. Ia mengambil jarak dari dunia hiburan untuk menyembuhkan diri secara emosional, spiritual, dan mental.
“Saya tidak ingin hanya kembali karena saya harus. Saya ingin kembali ketika saya tahu bahwa saya punya sesuatu yang bermakna untuk dibagikan,” ungkap Lorde dalam newsletter pribadi yang dikirimkan ke penggemarnya.
Lagu ini disebut sebagai bagian dari proyek album baru yang tengah dalam tahap penyempurnaan dan dijadwalkan rilis akhir 2025.
Prediksi Masa Depan: Babak Baru dalam Karier Lorde
Pengamat musik memprediksi bahwa “What Was That” akan membuka babak baru dalam diskografi Lorde, menjauh dari warna cerah Solar Power dan mendekati atmosfer kelam seperti Melodrama (2017), namun dengan kematangan yang lebih tinggi.
Album mendatang juga diperkirakan akan mengangkat isu-isu seperti eksistensialisme, pencarian makna hidup, serta hubungan manusia dengan alam dan teknologi.
“Lorde sedang memasuki fase ketiga kariernya, dan ini mungkin akan menjadi fase terbaiknya secara artistik,” kata Clara Jennings, editor musik dari Billboard.
Kesimpulan
Dengan “What Was That,” Lorde sekali lagi menunjukkan kekuatannya dalam membentuk identitas unik dalam industri musik global. Ia menolak terjebak dalam formula sukses sebelumnya, dan justru memilih bereksperimen dengan sonik dan narasi yang lebih kompleks.
Kembalinya Lorde bukan hanya sekadar comeback musisi pop, melainkan peristiwa budaya yang mencerminkan kebutuhan akan kedalaman dalam musik populer masa kini. Lagu ini membuka ruang baru bagi pendengar untuk meresapi perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata biasa—dan mungkin, itulah kekuatan sejati dari karya Lorde.
Untuk mengirim komentar, Anda perlu login.
Komentar
Belum ada komentar.