Industri Film Indonesia 2025 Bangkit: Streaming Lokal Mendominasi, Festival Internasional Semakin Terbuka

Jakarta, 25 Juni 2025 — Industri hiburan tanah air, khususnya sektor perfilman dan series digital, tengah memasuki fase keemasan pasca pandemi. Dengan meningkatnya penetrasi layanan streaming lokal seperti BioskopOnline, Vidio, dan KlikFilm, serta naiknya selera penonton terhadap konten lokal berkualitas tinggi, para pelaku industri kini berbicara tentang “gelombang kedua kebangkitan perfilman Indonesia.”

Menurut data yang dirilis Lembaga Sensor Film (LSF), sepanjang semester I tahun 2025, terdapat lebih dari 215 judul film nasional dan 130 judul series pendek lokal yang ditayangkan di berbagai platform digital dan layar lebar. Angka ini meningkat 37% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Dominasi Streaming: Lokal Lebih Dipilih daripada Global

Sebuah survei Nielsen pada April 2025 menunjukkan bahwa 61% pengguna aktif platform streaming di Indonesia lebih sering menonton film dan series lokal dibanding konten luar negeri. Bahkan, 8 dari 10 film paling banyak ditonton tahun ini adalah produksi dalam negeri.

Film drama misteri “Ronggeng Sumatera”, produksi Rumah Film Nusantara, dan series fiksi ilmiah “Waktu Terbalik” garapan Fajar Nugros menjadi fenomena di platform streaming dan banyak diperbincangkan di media sosial karena alur kuat dan kualitas sinematografi yang naik kelas.

“Industri streaming lokal berhasil menangkap selera penonton urban dan Gen Z yang menginginkan tayangan relevan, cepat, dan terkurasi,” kata Dinda Wisnu, analis media dari Popcon Insight.

Kualitas Sineas Muda dan Sinema Festival

Gelombang sineas muda seperti Yosep Anggi Noen, Gina S. Noer, dan Wregas Bhanuteja juga turut membawa film Indonesia ke kancah internasional. Film “Perempuan Dari Dahan” baru-baru ini masuk dalam seleksi resmi Festival Film Berlin 2025, sedangkan “Kanvas Terakhir” meraih penghargaan di Tribeca.

Festival lokal seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival, JAFF, dan Balinale kini menjadi ruang kompetitif dan prestisius, menyatukan sutradara muda dari seluruh penjuru nusantara.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat bahwa dana insentif film nasional 2025 mencapai Rp 150 miliar, naik hampir dua kali lipat dibanding 2023. 

Bioskop Beradaptasi, Hybrid Jadi Norma Baru

Walau streaming mendominasi, bioskop tetap bertahan dengan model hybrid dan layanan premium. XXI, CGV, dan Cinepolis kini menawarkan layanan bundling dengan platform digital, serta pengalaman menonton eksklusif dengan kursi premium, snack artisan, dan pemesanan lewat aplikasi.

Film “Surga di Antara Batu” berhasil meraih 2 juta penonton di bioskop dalam 3 minggu penayangan, sebagian besar di kota lapis kedua seperti Pekanbaru, Palembang, dan Malang.

Menurut Irfan Setiawan, General Manager CGV Indonesia:

“Bioskop bukan lagi satu-satunya saluran distribusi, tapi tetap penting untuk prestise dan monetisasi awal. Hybrid adalah masa depan.”

Prediksi & Tantangan

Pakar perfilman Prof. Amanda Firdaus dari Universitas Padjadjaran memperkirakan bahwa film berdurasi pendek, interaktif, dan berbasis komunitas akan mendominasi dalam dua tahun ke depan. Format eksperimental ini dianggap lebih cepat menyebar secara viral dan menjangkau demografi pengguna yang beragam.

Namun, tantangan tetap ada: pembajakan digital, ketimpangan distribusi di luar Jawa, dan kurangnya dukungan riset naskah masih menjadi pekerjaan rumah bagi ekosistem film.

Pemerintah melalui BEKRAF berencana meluncurkan program “100 Cerita Nusantara” untuk membiayai produksi film pendek dari penulis naskah lokal di 34 provinsi mulai Agustus 2025.